Coban Sewu, Air Terjun Mengagumkan dan Membingungkan
Coban Sewu belakangan ini sudah
ramai banget diperbincangkan. Apalagi kalau bukan karena pesonanya yang
mengagumkan. Siapapun pasti akan terbuai akan keindahannya. Tapi Coban Sewu
juga ternyata membingungkan. Kenapa? Simak cerita saya.. Hehe!
Coban Sewu atau biasa disebut juga
sebagai Air Terjun Tumpak Sewu berada di perbatasan antara Malang dan Lumajang.
Perbedaan penamaannya juga berasal dari lokasi pintu masuknya. Pintu masuk dari
Malang menyebutnya sebagai Coban Sewu, sedangkan dari Lumajang adalah Air
Terjun Tumpak Sewu. Coban yang artinya air terjun dan sewu yang berarti seribu. Tidak berlebihan, karena memang banyak banget aliran air terjun yang berada di
kawasan itu.
Idul Adha tahun lalu, kebetulan
tepat hari kamis yang membuat saat itu menjadi long weekend. Saya bersama seorang teman, Cahyadi, melakukan long trip dari Malang menuju Jember.
Lalu kembali ke Malang lewat Probolinggo, dan itu kami lakukan dengan motoran.
Ba’da shalat Id, kami berangkat. Dari Malang Kota kami menuju Dampit dan lanjut ke arah Lumajang. Awalnya saya
maupun Cahyadi cuma tahu kalau Coban Sewu itu berada di Lumajang. Namun setelah
melewati Dampit dan masih di Kabupaten Malang, kami melihat banner yang
bertuliskan “Coban Sewu” dengan gambar pemandangan air terjun yang familiar
bagi saya. Kami berdua bingung. Karena setahu kami Coban Sewu adanya di
Lumajang bukan di Malang. Sehingga saya berpikir kalau air terjun yang bernama
“Coban Sewu” itu ada 2. Di Malang satu dan di Lumajang satu.
Karena penasaran, kami pergi kesana.
Kami sempat bertanya pada salah satu ibu-ibu yang lagi ngegosip.
“Maaf Bu numpang tanya. Kalau ke
Coban Sewu bener kesini?”, tanya saya.
“Iya mas bener. Sampean ikutin aja
jalannya, nggak jauh kok”, jawab ibu gosip.
Untuk memastikan kalau Coban Sewu
itu Tumpak Sewu atau bukan, saya nanya lagi.
“Bu, kalau Coban Sewu sama Tumpak
Sewu itu sama?”, tanya saya lagi.
Si ibu kebingungan, lalu nanya sama
temennya. Lalu temennya jawab “iya sama mas”, tapi dengan nada nggak yakin dan
raut wajah yang bingung juga. Wah ibu-ibu ini kayaknya nggak tahu. Dari pada
kelamaan, kami pun pergi sambil mengucapkan terima kasih. Kami pun berasumsi
kalau itu air terjun yang berbeda dengan yang kami tuju.
Abadikan Momenmu!
Nggak sampai 5 menit, kami sampai di
tempat parkir dan pintu masuk Coban Sewu. Setelah bayar tiket seharga 5rb/org,
kami harus trekking menuju lokasi air terjun. Btw, saat itu saya bawa carrier
70+5L. Soalnya kami bawa tenda untuk tempat bermalam kami. Camp di bawah air
terjun. Nggak deng, yakali emang mau meditasi.
Setelah trekking sekitar 10-15
menit, kami udah bisa lihat air terjunnya dari atas. Saya heran, begitu juga
Cahyadi. Karena dari info-info yang kami dapat, untuk menuju Coban Sewu harus
trekking sekitar 1 jam. Lah ini 15 menit udah nyampe. Saya semakin berpikir
kalau itu bukanlah air terjun destinasi kami. Tapi kalau lihat air terjun itu,
panoramanya seperti yang sering saya lihat di internet. Familiar banget. Saya
bingung, browsing di internet tapi nggak ada sinyal. Saya stress, nanya Cahyadi
tapi dia juga nggak tahu. Beuh..
Ah bodo amat, dari pada bingung
mikirin itu kami putuskan untuk melihat air terjun dari bawah. Trek yang
dilalui untuk turun ke Coban Sewu adalah jalan yang dibuat oleh warga berupa
tangga-tangga yang terbuat dari bambu. Hanya muat untuk 1 orang dan harus
ekstra hati-hati saat menuruninya, karena jatuh puluhan meter ke permukaan
tanah adalah bukan pilihan. Sebelumnya saya titipkan carier di salah satu
warung di sekitar situ, karena nggak memungkinkan turun sambil gendong carier.
Saat tiba di bawah, derasnya suara
air terjun dari berbagai titik bergemuruh sebelum kami bisa melihatnya. Karena terhalang
batu besar dan harus trekking sedikit lagi melewati sungai kecil. Setelah
melewati batu besar kami baru bisa melihat keindahan seribu air terjun dengan
disambut oleh percikan airnya. Saya dengan sigap menyimpan kamera DSLR yang
sedang saya gunakan karena khawatir basah kena cipratan air. Maklum, kamera
pinjaman. Punya teman saya, Saipud. Ganti dengan mengeluarkan kamera pocket
untuk mengabadikan momen.
Coban Sewu dari bawah
Aliran lainnya
Suasana di sana ramai, maklum lagi
pada libur Idul Adha. Orang-orang butuh piknik. Ada sekelompok remaja, ada
pasutri bersama anaknya, sampai yang kakek-nenek juga ada. Apalagi yang
pacaran, banyak. Dan yang jomblo juga ada ternyata! Ya, saya sendiri.
yang pacaran lagi selfie
Rame euy
Sampai saat itu, kami masih berpikir
kalau air terjun yang di depan mata kami ini bukanlah Coban Sewu tujuan kami.
Karena itu, kami nggak berlama-lama di sana. Setelah menikmati keindahannya
dari bawah sambil mengabadikan momen, kami kembali naik.
Ketika akan naik tangga bambu yang
sebelumnya kami turuni, kami melihat ada beberapa orang datang dari arah yang
berbeda. Mereka tidak datang dengan turun melewati tangga bambu, melainkan
melewati jalan di sepanjang aliran sungai. Sambil terus naik, saya dan Cahyadi
berdebat apa itu adalah Coban Sewu yang selama ini jadi tujuan kami. Kalau iya,
ngapain kami buru-buru.
Saya mengingat-ingat foto-foto di
internet yang pernah saya lihat. Air terjun itu mirip banget sama yang ada di
internet. Saya yakin. Begitu juga dengan Cahyadi. Kami pun tetapkan kalau saat
itu kami sedang berada di Coban Sewu tujuan kami. Kami menyesal karena terlalu
buru-buru saat di bawah. Tapi karena sudah terlanjur, ya sudahlah. Balik turun
lagi juga males. Akhirnya kami istirahat di warung yang saya titipi carier.
Sambil makan gorengan dan minum jus jeruk bentuk sachet alias nut*isari.
Lalu kami meninggalkan Coban Sewu
untuk melanjutkan perjalanan ke Lumajang. Di perjalanan, ketika sudah melewati
perbatasan antara Malang dan Lumajang, saya melihat banner bertuliskan Tumpak
Sewu! Ya, saya baru benar-benar yakin kalau Coban Sewu dan Tumpak Sewu adalah
air terjun yang sama.
Tuh dengerin
0 comments: