Nikmatnya Leyeh-leyeh di Pantai Setangi
Bagi sebagian orang, selain
Gunung Rinjani, Lombok identik dengan wisata pantai. Pantai Senggigi dan Gili
Trawangan berada di urutan teratas yang menjadi destinasi tujuan para traveler.
Tapi sebenarnya Lombok punya banyak sekali pantai. Yang bisa dibilang lebih
nyaman dinikmati untuk bersantai dibanding 2 destinasi yang disebutkan
sebelumnya. Salah satunya adalah Pantai Setangi.
Pantai Setangi adalah sebuah
pantai yang garis pantainya relatif pendek. Lokasinya berada sebelum Bukit
Malimbu atau setelah Pantai Senggigi. Kalau dari Senggigi, ikuti saja jalan ke
arah bangsal. Nah, letaknya tepat berada sebelum Villa Hantu. Pintu masuknya
saja tidak terlihat karena seperti masuk ke kebon orang. Tapi ada tulisannya
kok. Masuk ke Pantai Setangi hanya di kenai karcis parkir seharga 2K untuk
sepeda motor.
Pantai Setangi dijepret
dari villa hantu
Begitu memposisikan motor di
tempat parkir, saya melihat tak banyak wisatawan yang berkunjung. Terlihat dari
jumlah sepeda motornya yang dapat dihitung oleh jari. Di sekitar pantai terdapat
beberapa warung jajanan dan gubuk yang digunakan sebagai tempat berteduh. Di
belakang pantai di dominasi oleh pohon kelapa. Sedangkan di sisi utara pantai
terdapat tebing karang yang menjulang tinggi. Nah, di atasnya itu letak villa
hantu berada. Villa Hantu sendiri adalah villa yang baru setengah jadi, namun
tidak dilanjutkan pembangunannya. Penyebabnya karena villa itu dibangun
terlebih dahulu tanpa izin, setelah izin justru tidak diperbolehkan membangun
villa di daerah itu. Alhasil villa itu terbengkalai. Meski namanya begitu, tapi
nggak seserem namanya kok, biasa aja. Tapi saya nggak jamin kalau malam ya,
soalnya saya ke situ siang-siang. Hehe!
Villa Hantu
Saya tiba di Pantai Setangi
ketika matahari sedang semangat-semangatnya memancarkan sinarnya. Namun cuaca
yang panas seperti itu menjadi sesuatu yang dicari oleh wisatawan mancanegara
alias bule. Semua bule yang ada di Pantai Setangi sedang asyik berjemur di
pasir pantainya yang putih. Sedangkan kami dan wisatawan lokal lain justru nyari
tempat yang teduh seperti di bawah pohon, di gubuk atau di bawah tebing karang.
Alasan kenapa orang Indonesia nggak ada yang berjemur seperti yang dilakukan
bule, adalah karena kulit orang Indonesia udah eksotis. Kalau berjemur, takut
nantinya makin eksotis!
Tak banyak memang aktivitas yang
bisa dilakukan di Pantai Setangi. Meski birunya air laut menggoda diri ini
untuk nyebur, tapi ombaknya yang cukup besar bikin nyali saya ciut untuk
berenang. Eh bukan, maksudnya saya emang lagi malas aja + nggak bawa baju
ganti. Beneran deh.
Noh ombaknya besar
Karena nggak ada yang bisa kami
lakukan, kami pun hanya jalan-jalan berkeliling pantai sambil memotret panoramanya.
Setelah itu leyeh-leyeh aja sambil mandangin ombak dan sumur. Iya ada sumur di
sana lho. Buanyak. If you know what I mean lah yaa.
Jangan di zoom
Suasana di Pantai Setangi
benar-benar sepi. Hanya terdengar suara ombak menghantam batuan karang.
Segelintir wisatawan di sana juga lebih memilih untuk leyeh-leyeh sambil tiduran
menatap langit. Saking tentramnya lama-lama bikin ngantuk juga, apalagi
ditambah terpaan angin laut. Mata pengennya merem terus.
Ketika sedang nyantai sembari
memandang langit, tiba-tiba muncul 2 bocah yang memecah keheningan. Lalu saya stop
itu bocah yang lagi asyik main. Saya ajak ngomong mereka, eh di jawabnya malah
pakai Bahasa Sasak. Mana ngerti saya. Lalu saya suruh Yogi yang asli Mataram
untuk ngobrol sama mereka. Eh Yogi juga ternyata nggak begitu lancar Bahasa
Sasak. Alhasil kami ajak ngomong mereka dengan bahasa campuran Indonesia + Jawa
+ Sunda. Syukurlah, jadi makin nggak nyambung ngomongnya.
Hasilnya dari sekian lama kami
mencoba ngobrol, saya hanya berhasil bertanya nama kakak beradik tersebut.
Kakaknya bernama Dimas, sedangkan adiknya bernama Hendra. Yah meski ngobrol
banyak nggak nyambungnya, tapi melihat mereka berlarian kejar-kejaran dan
berinteraksi dengan mereka menjadi hiburan tersendiri di Pantai Setangi yang
sepi ini. Pantai ini recommended lah untuk yang mau nyantai sambil nyari
suasana sepi.
Hendra (kiri) dan
Dimas (kanan)
Ngobrolnya kagak
nyambung
Tuh, baca!
0 comments: