Gagal ke Kawah Ijen, Pulau Merah Jadi Pelarian
Tahun lalu saya pernah merencanakan untuk melakukan road trip ke Banyuwangi bersama teman-teman kampus. Saya sudah menentukan destinasi apa saja yang akan dikunjungi selama 3 hari. Destinasi tersebut antara lain adalah Kawah Ijen, Taman Nasional Baluran, Bangsring Underwater, Pulau Merah dan Teluk Ijo. Namun karena suatu alasan, rencana itu batal. Sejak saat itu saya jadi penasaran banget pengen ke Banyuwangi.
Pada Februari 2016 lalu akhirnya saya ada kesempatan untuk ke Banyuwangi. Bersama 3 teman (sebut saja Pandu, Saifud dan Yogi) berencana ke Kawah Ijen. Dan itu dilakukan dengan waktu yang bisa dibilang mepet. Sebenarnya tujuan ke Banyuwangi karena Pandu ada keperluan. Nah mumpung ada orang Banyuwangi lagi balik, sekalian aja saya ikut dan mlipir tipis-tipis ke Kawah Ijen. Hehehe!
Kami berangkat dari Malang hari Jum'at sore, awalnya agak ragu karena cuaca nggak bersahabat. Perjalanan Malang - Banyuwangi jauh lho, sekitar 8 jam. Kalau berangkat sore udah pasti sampai di sana malam atau bahkan dini hari. Itu yang bikin kami sempat ragu, takutnya di perjalanan ketemu hal-hal yang tak diinginkan. Tapi karena udah ngebet pengen ke Kawah Ijen, rasa khawatir akan hal itu pun sirna. Kami cuma harus berpikir positif saja nggak bakal terjadi apa-apa.
Sekitar jam 4 sore, kami pun berangkat dengan kondisi hujan yang lumayan deras. Nggak ada tanda-tanda kalau hujan akan reda dalam waktu dekat. Akibat hujan yang terus mengguyur, perjalanan menjadi nggak nyaman. Pandangan dari balik helm menjadi nggak jelas, mana mata saya udah rabun. Beberapa kali kami berhenti untuk menghindari guyuran hujan. Pertama kali saat di Pasuruan, kami berhenti sekalian shalat Maghrib. Di situ sebenarnya kami udah nggak pengen lanjut. Apalagi kalau bukan cuaca yang tak kunjung membaik. Mumpung masih di Pasuruan, balik lagi ke Malang nggak terlalu jauh kan ya? Heuheu..
Tempat ngopi ternikmat
Pada prosesnya kami masih terus lanjut. Ada satu momen ketika kami semua setuju kalau Alf*mart menjadi tempat ngopi terbaik, mengalahkan tempat ngopi mana pun! Ya itu terjadi hanya saat itu saja. Ketika kami sedang berada pada kondisi lelah sehabis diguyur hujan berjam-jam. Menemukan Alf*mart dan ngopi di situ adalah pilihan terbaik! Hehe!
Setelah itu hujan reda dan kami masih harus mengendarai kuda besi beberapa jam lagi. Ketika memasuki kawasan Gunung Gumitir yang sepi dan gelap gulita. Tanpa adanya penerangan jalan umum. Kami mulai khawatir. Mana kanan-kiri jalan adalah hutan, kalau tiba-tiba ada yang nyegat kan ketar-ketir. Kami hanya bisa berharap pada Yogi yang jago silat.
Pada sebuah tikungan, tiba-tiba di depan kami ada sorot senter dari pinggir jalan. Saya kira itu orang lagi ngapain, eh ternyata seterusnya juga banyak. Pada beberapa titik tertentu memang ada sebuah gubuk kecil, dari situ ada orang yang menyoroti jalan. Mungkin mereka membantu pengendara menerangi jalan, karena di kawasan itu nggak ada penerangan sama sekali. Fiuhh.. hampir aja Yogi mengeluarkan jurus silatnya.
Jalanan udah kek punya sendiri
Sekitar jam 1 dini hari kami akhirnya tiba di rumah Pandu, di Genteng. Bukan genteng yang dipakai sebagai atap rumah, tapi emang nama daerahnya itu Genteng. Yang lebih penting perjalanan kami lancar, nggak ketemu hal-hal yang nggak diinginkan. Alhamdulillah...
Esoknya kami berangkat ke Kawah Ijen sekitar jam 09.30 pagi. Awalnya sempat dilema mau berangkat jam berapa. Soalnya setahu saya orang-orang kalau ke Kawah Ijen itu dini hari. Tujuannya untuk melihat blue fire-nya yang cuma ada 2 di dunia itu. Karena kalau matahari udah naik nggak bakal bisa lihat blue fire. Tapi karena teman-teman nggak terlalu pengen lihat blue fire, yang penting ke Kawah Ijennya gitu. Ya sudah kami sepakat berangkat pagi hari. Lalu ketika kami sampai di Paltuding jam 11.30, apa yang terjadi? Pendakian sudah ditutup! Beuh!
Setelah ngobrol-ngobrol dengan petugas di sana, pendakian ke Kawah Ijen memang hanya dibuka mulai dini hari (jam 1 pagi) sampai jam 12.00 siang, itu pun harus sudah turun ke Paltuding. Saya nggak tanya kenapa, tapi kasusnya mungkin sama dengan Mahameru. Ya, adanya gas beracun yang keluar dari kawah. Di Semeru, para pendaki selalu summit attack pada dini hari supaya sampai di puncak pada paginya. Bukan tanpa alasan, katanya kalau berada di Puncak Mahameru pada siang hari berbahaya. Karena saat itu angin mengarah ke puncak, mungkin saja kan angin tersebut membawa gas-gas beracun yang berasal dari kawah. Seperti halnya Mahameru, Kawah Ijen juga mungkin mempertimbangkan hal tersebut. Maka dari itu jadwal pendakiannya terbatas.
Kecewa memang. Udah jauh-jauh ke Banyuwangi, ke Paltuding malah, cuma buat ke Kawah Ijen doaaang. Eh, tapi sampai di sana ternyata tutup. Mau gimana lagi. Maksain berangkat juga bukanlah sebuah pilihan yang bisa diambil. Yah, ini memang kesalahan kami karena kurang mencari informasi. Nggak apa-apa deh, yang penting motor saya yang berplat E udah sampai di ujung timur Pulau Jawa. Heuheuheu..
Dari pada kecewa berkelanjutan, kami berunding untuk menentukan destinasi lain. Lalu pilihan jatuh pada Pulau Merah. Yes, nyantai kita di pantai. Dari Paltuding kami menggeber motor ke Banyuwangi bagian selatan. Jam 4 sore kami baru sampai di Pulau Merah. Kata pertama ketika menginjakkan kaki di sana, "ih, rame banget". Sumpah. Banyak banget manusia, Padahal waktu saya baca tulisan di blog-blog tentang Pulau Merah itu kelihatannya sepi. Bukan sepi sih, nggak rame-rame amat gitu deh. Lah, ini mah berbanding 180 derajat. Entah ada berapa ratus manusia di sana.
Pulau Merah kalau menurut saya udah masuk kategori tempat wisata banget, Berbagai fasilitas udah tersedia di pantai ini. Ada beberapa versi cerita asal-usul nama destinasi wisata ini. Ada yang menyebut kalau nama pulau merah diambil dari keberadaan sebuah pulau kecil di sebrang pantai. Pulau tersebut itu memiliki tanah yang merah, sehingga dinamakan Pulau Merah. Versi lain mengatakan, konon dari pulau kecil tersebut pernah terpancar cahaya berwarna merah, maka warga menamainya sebagai Pulau Merah.
Terlepas dari itu, Pulau Merah bisa menjadi salah satu opsi destinasi wisata kalau berkunjung ke Banyuwangi. Banyak kok aktivitas yang bisa dilakukan. Kalau suka main air ya tinggal nyebur berenang. Kalau pengen nyantai bisa berjemur langsung di pasir putihnya atau dengan menyewa kursi yang bisa selonjoran dan payung supaya nggak kena sinar matahari langsung. Lalu kalau mau nyobain surfing bisa banget. Ombaknya cocok untuk orang-orang yang baru mau belajar surfing. Tapi saat ke sana kami nggak melakukan itu semua, kami mah cuma jalan-jalan nyusurin pantai sambil leyeh-leyeh menanti sunset. Hehehe!
Yah, meskipun gagal ke Kawah Ijen. Seenggaknya kami mendapatkan pelarian yang setimpal. Pulau Merah berhasil meredakan kekecewaan kami dan membuat sore itu menjadi seru. Mungkin belum saatnya saya ke Ijen. Waktunya belum tepat. Artinya saya harus kembali lagi ke Banyuwangi suatu hari nanti. See you again Banyuwangi!
Setelah ngobrol-ngobrol dengan petugas di sana, pendakian ke Kawah Ijen memang hanya dibuka mulai dini hari (jam 1 pagi) sampai jam 12.00 siang, itu pun harus sudah turun ke Paltuding. Saya nggak tanya kenapa, tapi kasusnya mungkin sama dengan Mahameru. Ya, adanya gas beracun yang keluar dari kawah. Di Semeru, para pendaki selalu summit attack pada dini hari supaya sampai di puncak pada paginya. Bukan tanpa alasan, katanya kalau berada di Puncak Mahameru pada siang hari berbahaya. Karena saat itu angin mengarah ke puncak, mungkin saja kan angin tersebut membawa gas-gas beracun yang berasal dari kawah. Seperti halnya Mahameru, Kawah Ijen juga mungkin mempertimbangkan hal tersebut. Maka dari itu jadwal pendakiannya terbatas.
Hanya bisa meratapi
Kecewa memang. Udah jauh-jauh ke Banyuwangi, ke Paltuding malah, cuma buat ke Kawah Ijen doaaang. Eh, tapi sampai di sana ternyata tutup. Mau gimana lagi. Maksain berangkat juga bukanlah sebuah pilihan yang bisa diambil. Yah, ini memang kesalahan kami karena kurang mencari informasi. Nggak apa-apa deh, yang penting motor saya yang berplat E udah sampai di ujung timur Pulau Jawa. Heuheuheu..
Sampai ujung timur pulau jawa
Dari pada kecewa berkelanjutan, kami berunding untuk menentukan destinasi lain. Lalu pilihan jatuh pada Pulau Merah. Yes, nyantai kita di pantai. Dari Paltuding kami menggeber motor ke Banyuwangi bagian selatan. Jam 4 sore kami baru sampai di Pulau Merah. Kata pertama ketika menginjakkan kaki di sana, "ih, rame banget". Sumpah. Banyak banget manusia, Padahal waktu saya baca tulisan di blog-blog tentang Pulau Merah itu kelihatannya sepi. Bukan sepi sih, nggak rame-rame amat gitu deh. Lah, ini mah berbanding 180 derajat. Entah ada berapa ratus manusia di sana.
Pulau Merah kalau menurut saya udah masuk kategori tempat wisata banget, Berbagai fasilitas udah tersedia di pantai ini. Ada beberapa versi cerita asal-usul nama destinasi wisata ini. Ada yang menyebut kalau nama pulau merah diambil dari keberadaan sebuah pulau kecil di sebrang pantai. Pulau tersebut itu memiliki tanah yang merah, sehingga dinamakan Pulau Merah. Versi lain mengatakan, konon dari pulau kecil tersebut pernah terpancar cahaya berwarna merah, maka warga menamainya sebagai Pulau Merah.
Terlepas dari itu, Pulau Merah bisa menjadi salah satu opsi destinasi wisata kalau berkunjung ke Banyuwangi. Banyak kok aktivitas yang bisa dilakukan. Kalau suka main air ya tinggal nyebur berenang. Kalau pengen nyantai bisa berjemur langsung di pasir putihnya atau dengan menyewa kursi yang bisa selonjoran dan payung supaya nggak kena sinar matahari langsung. Lalu kalau mau nyobain surfing bisa banget. Ombaknya cocok untuk orang-orang yang baru mau belajar surfing. Tapi saat ke sana kami nggak melakukan itu semua, kami mah cuma jalan-jalan nyusurin pantai sambil leyeh-leyeh menanti sunset. Hehehe!
Anak-anak disana udah pada jago surfing
Kalau surut bisa nyebrang ke pulaunya
Yah, meskipun gagal ke Kawah Ijen. Seenggaknya kami mendapatkan pelarian yang setimpal. Pulau Merah berhasil meredakan kekecewaan kami dan membuat sore itu menjadi seru. Mungkin belum saatnya saya ke Ijen. Waktunya belum tepat. Artinya saya harus kembali lagi ke Banyuwangi suatu hari nanti. See you again Banyuwangi!
lubang buaya
0 comments: